Oleh : H. Akbar Saefulloh & Moh. Sjafei
Namun yang paling mencengangkan, terdapat asal muasal bendera negara yang terdapat dibelahan Benua Eropa yaitu Inggris dan Jerman. Kalimat pada tulisan tersebut menjelaskan tentang keturunan keluarga, sebelum negara tersebut pecah menjadi dua negara.
Itulah sekilas mengenai tulisan leluhur Pajajaran Siliwangi dan masih banyak lagi yang belum sempat diungkap karena keterbatasan waktu perbincangan. Sebab ternyata ada tulisan yang tidak dapat diungkap seolah tabu dan takabur bagi pemiliknya. Dari semua tulisan di atas tersebut, sepintas kilas memang akan bingung dan enteng menarik kesimpulan apa mungkin ?. Tetapi sebelum mengomentari alangkah baiknya meninjau secara langsung. Sehingga diharapkan dengan penjelasan dari pemiliknya, Insya Allah akan memahami sebagaimana yang terkandung maksud dalam tulisan tersebut.
Ulasan tulisan ini hanyalah salah satu upaya penggalian budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk diperkenalkan dan diangkat agar menjadi legalitas warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan dan memperoleh penghargaan. Lebih jauh lagi, agar memelihara dari jangkauan klaim oleh bangsa lainnya. Itulah harapan penulis, kiranya tidak berlebihan jika memuji dan membanggakan hasil kreatifitas, kemampuan dan keahlian bangsa kita sendiri.
Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih dan syukur Alhamdulillah tulisan ini dapat izin pemiliknya untuk dipublikasikan.
Cag...!
Tulisan merupakan buah pikiran yang dituangkan dalam goresan tangan atau alat mencurahkan sesuatu yang dirangkai dengan huruf dan bahasa sehingga menjadi kalimat yang merupakan informasi bagi orang lain. Jika tulisan telah berupa informasi menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kalangan umum, sehingga hasil tulisan itu menjadi alat informasi penting untuk diketahui materi maupun isinya. Namun tulisan yang dibuat dalam huruf tertentu menjadi keunikan tersendiri dan sangat memerlukan keahlian khusus pula untuk menguraikan pesan dalam tulisan itu. Oleh karenanya, penulis mencoba mengajak peminat budaya baca yang menyangkut tulisan Sangkakala untuk menerawang sejenak apa yang ada didalamnya. Dipastikan penulis dengan huruf Sangkakala ini langka dan mungkin hanya satu-satunya di dunia ini yang memiliki keahlian menulis Sangkakala.
Sangkakala atau Sasakala artinya asal, dipengaruhi dengan kurun waktu zaman, sehingga bahasa maupun tulisannya mengikuti budaya kepercayaan yang berkembang ketika zaman itu. Tulisan dalam huruf Sangkakala tersebut, banyak menyiratkan tentang Pajajaran Siliwangi. Mungkinkah tulisan tersebut, sebagai identitas Pajajaran Siliwangi?, entahlah. Oleh karena itu, dalam tulisan ini hanya disimak sebatas yang berkaitan erat dengan Pajajaran Siliwangi.
Sejatinya tulisan tersebut, memiliki keunikan tersendiri dari garis lekukan maupun bentuknya sehingga walau dibuat sesederhana mungkin akan tetapi memiliki arti yang mendalam dan memerlukan pemahaman secara seksama. Hal itulah yang dikatakan unik karena tidak semua orang dapat membaca, memahami dan mengerti arti tulisannya.
Sejatinya tulisan tersebut, memiliki keunikan tersendiri dari garis lekukan maupun bentuknya sehingga walau dibuat sesederhana mungkin akan tetapi memiliki arti yang mendalam dan memerlukan pemahaman secara seksama. Hal itulah yang dikatakan unik karena tidak semua orang dapat membaca, memahami dan mengerti arti tulisannya.
Batu Bertulis di Lemah Duhur Batutulis Bogor
Konon orang tua dahulu, mulai menulis diantaranya diilhami dari dzat alam. Nenek moyang banyak belajar diantaranya dari tumbuhan daun-daunan, dari buah duku, maupun dari ikal buah jahe. Contohnya, pada daun-daunan tanaman perdu maupun buah duku. Memang pada dzat alam tersebut tidak terlihat jelas huruf yang digunakan sekarang, terlihat hanya lekukan sembarang sehingga terkesan abstrak oleh karena fenomena alam.
Tulisan Pada Daun
Namun apabila diperhatikan dengan seksama, pada dedaunan itu akan terlihat garis lekuk putih dan pada buah duku garisnya berwarna coklat. Mungkin ada pula pada tanaman lain yang belum ditemukan. Itulah rangkaian huruf dan ternyata bermakna.
Tulisan Sangkakala yang ada di Cipaku Bogor jika dicermati penuh dengan nilai estetika karena tata letak bentuk, tarikan garis yang disertai dengan warna warni indah mempesona. Tetapi bagi yang awam, merupakan kekaguman sekaligus bertanya-tanya karena lekuk dan goresan hurufnya bagaikan rangkaian penuh misteri. Tulisan pada seukuran manila karton ini ada sebanyak 20 buah dan telah dilengkapi dengan bingkai berkaca. Selain itu, tulisan Sangkakala ada juga berupa buku seukuran polio bergaris maupun buku setengah polio.
Pada tulisan-tulisan tersebut memang tidak nampak judul ataupun topik, hanya yang menulis saja yang tahu dan dapat menjelaskan tentang isi materi tulisannya. Namun ada juga di beberapa tulisan kaligrafi itu terdapat penjelasan singkat dalam bahasa latin yang terletak disisi pojok bingkai yang berbunyi : Sangiang Sungsang Tunggal, Sangiang Purbawangi dan Siliwangi. Dengan penjelasan singkat itu, minimal sedikit membantu untuk mengartikan bahwa yang tertera dalam tulisan tersebut mungkin bagian dari ceritanya.
Gambar ini nampak pada tulisannya terdapat bayang-bayang huruf S. Abjad S itu ternyata menguraikan tentang Solomon atau Nabi Sulaeman. Tulisan itu sepintas menceritakan tentang susunan keluarga Nabi Sulaeman dan tempat-tempat yang mengandung nilai-nilai sejarah semasa Nabi Sulaeman jumeneng.
Konon tulisan berbentuk wafak ini telah menjadi milik seseorang dari Negara Libanon. Sedangkan dalam bagian lainnya yang tersirat pada lembaran berbentuk wafak tertulis huruf S. Bayang-bayang huruf tersebut menunjukkan identitas nama Solomon, menurut siempunya mengisahkan tentang Solomon atau Nabi Sulaeman.
Bayang-bayang huruf S mengkisahkan tentang Solomon
Pada bagian lain, juga terdapat tentang Gurun Sinai (Gunung Nabi Musa), maupun tentang Sunan Gunung Jati Cirebon serta tentang tempat-tempat lainnya yang ada di dunia ini. Selain sejarah, ada pula isi materinya menceritakan tentang silsilah keturunan, doa, nasihat dan bahkan ada juga yang menceritakan tentang sifat-sifat “Karuhun”. Karuhun yang kami maksudkan adalah para leluhur yang menjadi nenek moyang Pajajaran Siliwangi.
Namun yang menarik dan menantang untuk diulas yaitu tentang penjelasan dari penulisnya, selalu menggunakan bahasa arab. Padahal secara global sebagaimana tulisan dari halaman ke halaman yang ada dalam buku, menguraikan tentang sejarah, nama tempat dan tentang silsilah keturunan manusia, tetapi jika diperlukan penjelasan rinci diuraikan dengan bahasa arab. Sehingga terkesan sangat kontras antara tulisan dengan penjelasan. Oleh karena itulah apabila memerlukan penjelasan dari materi tulisan, diperlukan menjadi pendengar yang baik dan harus sedikit memahami terjemah bahasa Arab.
Sekedar informasi pula bahwa tulisan tersebut ditulis dalam kurun waktu tertentu, hal itu tergantung “Leluhur/Karuhun” mana yang mau menulis dan sempatnya kapan ia mau. Sehingga seluruh tulisan itu tidak ditulis dalam waktu yang sama, tetapi ditulis secara berkala ada yang menulis tiap dua tahun sekali dan ada pula yang mau menoreh goresan tangannya setiap empat tahun sekali. Sedangkan pengerjaan tulisannya hanya memerlukan waktu yang tidak lama, ada yang hanya satu jam tetapi ada juga selama satu minggu. Mengenai karakter tulisannya pun beraneka ragam ada yang dengan hurup besar-besar, namun ada pula dengan huruf kecil dan halus.
Dimanapun kehendak menorehkan sejarah tidak mengenal waktu dan tempat
Sehingga hasilnya bisa diprediksi serta tulisan itu juga terkesan menunjukkan karakter penulisnya. Apabila hurufnya besar-besar menunjukkan karakter penulisnya pemarah, kasar dan galak. Tetapi apabila tulisan hurufnya kecil dan halus, dipastikan penulisnya berhati lemah lembut dan penyayang. Menurut pemilik tulisan Sangkakala ini, budaya mengalihkan riwayat ke atas kertas memiliki kesan tersendiri karena secara tidak langsung mempengaruhi sifat, sikap dan emosinya. Selain itu pula, dalam memulai kegiatan menulis Sangkakala ini tidak mudah dan melalui proses yang panjang dan melelahkan bagi penulisnya.
Sekitar pada tahun 1960, awalnya menulis menggunakan media sirih lengkap dengan gambir, kapur sirih dan bakau yang dikunyah. Setelah menghasilkan warna merah maka di tampung dalam piring sebagaimana layaknya tinta warna, kemudian cairan tadi digoreskan pada kertas. Sungguh pantastis.
Rumah Tempo Doeloe yang memiliki nilai sejarah bagi “orangtua” sebagai penulis
Sekedar informasi, bahwa penulis Sangkakala inipun ternyata mempunyai andil sumbang saran dalam pembangunan Tugu Monas Jakarta, Mesjid Istiqlal Jakarta, maupun Tugu Kujang di Bogor. Sumbang saran yang diberikan diantaranya menentukan lokasi tanah yang akan dibangun, waktu pelaksanaan maupun syarat lainnya secara spiritual.
Selanjutnya, marilah kita coba menyimak hasil tulisan Sangkakala. Tulisan ini diharapkan untuk menambah khasanah budaya daerah dalam upaya memperkokoh budaya nasional mengingat tulisan dan bahasa Sangkakala ini langka dan perlu dipelajari, dipahami, dilestarikan karena merupakan kreatifitas asli dari suku bangsa Sunda. Pada akhirnya nanti tulisan Sangkakala ini, berharap dapat diajukan kepada lembaga hak cipta nasional sebagai legalitas penulisnya.
Sejatinya tulisan Sangkakala ini memiliki pijakan dasar huruf Ha Na Ca Ra Ka. Disamping itu, memiliki keterkaitan dan kemiripan dengan tulisan yang ada pada prasasti batu peninggalan budaya prasejarah diantaranya yang ada seperti di Situs Batutulis Bogor, Situs Kebun Raya Bogor, Situs Ciareuteun, Situs Kebon Kopi dan Situs Pasir Jambu Koleangkak serta situs-situs lainnya yang menyebar diseantaro jagat Nusantara yang memiliki hubungan erat dengan Pajajaran Siliwangi. Sehingga kiranya tidak berlebihan jika tulisan Sangkakala ini mempunyai nilai khusus untuk dilestarikan oleh lembaga yang berkompeten.
Dalam mengungkap tulisan ini, seharusnya memerlukan bantuan kemampuan ahli dari kalangan tertentu karena obyeknya rumit dan memerlukan penelaahan mendalam dari segi huruf maupun penggunaan bahasa. Namun demikian, dengan kemampuan ala kadarnya marilah kita ungkap sekilas tulisan Sangkakala ini semoga dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat bagi peminat budaya dan sejarah.
Diawali dengan inventarisasi jumlah obyek berupa kaligrafi sebanyak 20 buah dan buku ukuran polio sebanyak 1 buku dan setengah polio sebanyak 7 buku. Untuk memudahkan pembahasan dari satu obyek ke obyek lainnya, kami beri tanda kode huruf, sedangkan pada halamannya diberi angka. Sehingga jika menunjukkan Buku Besar halaman 1, menjadi Bb-1. Pada buku setengah polio atau Buku Kecil, karena jumlahnya sebanyak 7 buah buku, maka pengkodeannya menjadi Bk 1 sampai dengan kode Bk 7. Jika pada Buku Kecil Nomor 1 halaman 1, akan terlihat Bk 1-1. Kemudian pada tulisan yang seperti kaligrafi, diberikan pengkodean mulai K-1 sampai K-20 sesuai dengan jumlah tulisan kaligrafi yang ada.
Huruf Ha Na Ca Ra Ka yang melatarbelakangi tulisan ini
Secara umum dalam buku Bb-1 yang berwarna merah itu, tulisannya mempunyai awalan Alif, Ba, Ta, Tsa dan seterusnya. Nampaknya huruf hijaiyah tersebut seperti nomenklatur yang akan dibahas kemudian, karena ternyata huruf Alif yang memulai cerita dalam halaman awal pembahasan buku itu. Kemudian huruf Ba, begitu juga uraiannya dan seterusnya. Selain itu, dalam penulisan pada tiap halaman dari ujung pinggir kiri sampai sisi kanan terisi penuh sepertinya penulis tidak memperdulikan batasan ruang.
Selain itu pula, tarikan tulisan ada yang vertical namun ada pula yang horizontal bahkan ada yang menoreh miring kalimatnya. Sedangkan suku kata huruf tersebut, ditulis dari atas kebawah atau sebaliknya, namun menurut penulisnya dapat terbaca secara terbalik sekalipun.
Pada kode K-1, terdapat goresan huruf yang melambangkan telapak tangan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa yang dibahas dalam tulisan tersebut menceritakan tentang pemilik telapak tangan yang bernama Sangiang Tapak atau Sangiang Purba Prebu Agung.
Nampak Telapak Tangan kiri dan kanan yang menandakan jelas pemiliknya
Lahirnya pada saat Babad Lutung Kasarung. Sangiang Tapak adalah nama lain dari alias Siliwangi. Sejatinya, Sangiang Tapak adalah petualang yang ulung dan selalu meninggalkan jejak kaki dan batu bertulis. Sangiang Tapak selalu begitu pada setiap daerah yang pernah disinggahi dan sekarang menjadi situs yang terdapat dibeberapa daerah.
Terdapat penjelasan mengenai tulisan dengan topik mengenai Gurun Sinai atau Gunung Nabi Musa. Pada lembaran ini diceritakan tentang suasana gurun yang menjadi sejarah kejadian maupun silsilah keturunan Nabi Musa. Menurut informasi, apabila leluhur dari Gurun Sinai menulis di halaman buku ini dengan “Kekasih” Al-Bahar dan dalam kesehariannya menetap disekitar lokasi yang terdapat curug air di negara Palestina.
Tulisan leluhur yang dibuat di Gunung Bentang
Pada bagian lain, mengulas tentang Masjidil Al-Aqso yang terdapat di Yerusalem. Seperti pada lembaran buku lainnya, penulis ini bernama “Al-Hajib Hamdani”. Leluhur dari negara yang tak henti-hentinya berkecamuk peperangan ini, seringkali menulis tentang sejarah dan keturunannya.
Terdapat beberapa huruf mirip seperti yang ada pada setiap prasasti Batu Bertulis
Pada tulisan diatas tersebut, terdapat kemiripan huruf sebagaimana yang tertera dalam Situs Batutulis Bogor, Situs Kebun Raya Bogor, Situs Ciareuteun, Situs Kebon Kopi dan Situs Pasir Jambu Koleangkak serta situs-situs lainnya yang menyebar diseantaro jagat Nusantara yang memiliki hubungan erat dengan Pajajaran Siliwangi.
Tetapi leluhur Pajajaran Siliwangi tidak hanya menyiratkan pada tulisannya tentang sejarah, doa, silsilah maupun rahasia alam lainnya, ternyata juga berkenan dan memperhatikan soal politik kenegaraan. Sebagaimana gambar diatas, dan ada pula yang lainnya menggambarkan beberapa identitas organisasi partai politik.
Tulisan tentang bendera sebelum pecah menjadi 2 negara
Namun yang paling mencengangkan, terdapat asal muasal bendera negara yang terdapat dibelahan Benua Eropa yaitu Inggris dan Jerman. Kalimat pada tulisan tersebut menjelaskan tentang keturunan keluarga, sebelum negara tersebut pecah menjadi dua negara.
Itulah sekilas mengenai tulisan leluhur Pajajaran Siliwangi dan masih banyak lagi yang belum sempat diungkap karena keterbatasan waktu perbincangan. Sebab ternyata ada tulisan yang tidak dapat diungkap seolah tabu dan takabur bagi pemiliknya. Dari semua tulisan di atas tersebut, sepintas kilas memang akan bingung dan enteng menarik kesimpulan apa mungkin ?. Tetapi sebelum mengomentari alangkah baiknya meninjau secara langsung. Sehingga diharapkan dengan penjelasan dari pemiliknya, Insya Allah akan memahami sebagaimana yang terkandung maksud dalam tulisan tersebut.
Ulasan tulisan ini hanyalah salah satu upaya penggalian budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk diperkenalkan dan diangkat agar menjadi legalitas warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan dan memperoleh penghargaan. Lebih jauh lagi, agar memelihara dari jangkauan klaim oleh bangsa lainnya. Itulah harapan penulis, kiranya tidak berlebihan jika memuji dan membanggakan hasil kreatifitas, kemampuan dan keahlian bangsa kita sendiri.
Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih dan syukur Alhamdulillah tulisan ini dapat izin pemiliknya untuk dipublikasikan.
Cag...!
kajian yg sangat menarik, menurut saya huruf sasakala adalah nenek moyang dari semua huruh-huruf di dunia. saya tertarik dengan huruf-huruf bermotif seperti huruf sasakala atau di sebut lati rogo.. dan sedikit orang yg tahu dan sedikit orang yg paham artinya, seperti askara yg berada di batu tulis bogor sampai saat ini blm ada yg bisa mengartikan huruf tersebut..
BalasHapus